Unit Kegiatan Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Blogroll

  • Catatan Proses Kreatif SICK-LUS

    Memilih berkiprah di ranah teater harus benar-benar timbul dari hati yang jujur, ikhlas untuk terus berproses. Untuk terus dan terus menghidupkan bumi kita. Panggung kita. Pada garapan Sick-Lus ini, 85% dari para pemain merupakan benih-benih baru, mereka adalah anggota Teater Awal ke-27 yang bulan November 2014 kemarin dilantik menjadi anggota Teater Awal.
    Mereka seperti keajaiban yang hadir pada kegersangan tanah kami, rumah kami, mereka datang dengan memberi semangat dan berjuta-juta harapan.

  • Mau Dikemanakan Proses Kami?

    "Hasil tidak akan jauh berbeda dari proses, dan proses pun tidak akan mendustakan hasil". Itulah kalimat yang sering ditanamkan kepada insan-insan seni teater, begitu juga Teater Awal Bandung, salah satu unit kegiatan mahasiswa Universitas Islam Negeri Bandung. Tidak ada proses yang di lakukan dengan main-main, meski berteater sejatinya ialah bermain, tapi dalam tahapan yang lebih serius. Karena proses itu sendiri yang bisa menunjukan eksistensi kami, Teater Awal Bandung dengan karya-karya kami.

  • Teater Awal Bandung- Semangat Berkarya Tak Lekang oleh Fasilitas

    UIN Sunan Gunung Djati Bandung atau biasa di kenal sebagai UIN Bandung, saat ini sedang mengalami perbaikan pembangunan. Proses yang memakan waktu tersebut mengakibatkan banyaknya bangunan yang diruntuhkan dengan alasan akan dibangun yang lebih baru dan lebih megah. Tapi, semua hal didunia ini tak luput dari proses dan dalam proses menuju kesana tentu juga tidak luput dari pengorbanan. Salah satu bentuk pengorbanan adalah kurangnya bangunan yang seharusnya menjadi tempat beberapa kegiatan mehasiswa. Sehingga itu bisa menghambat kinerja mahasiswa.

Rabu, 22 Februari 2012

     Seorang nyonya terlibat perdebatan yang sengit dengan suaminya. Hal ini dikarenakan Toni kesayangannya tengah terbaring sakit dan tidak berdaya. Semua cara telah mereka lakukan. Semua Dokter, Profesor bahkan Dukun sekalipun telah didatangkan khusus untuk kesembuhan Toni.

       Nyonya yang begitu mempunyai pengaruh, ningrat dan terkenal dimasyarakat setiap harinya hanya disibukan dengan Toni. Toni adalah seokor anjing yang sudah sangat tua dan kini sakit termakan penyakit dimasa tuanya. Tidak seorangpun bisa mengubah pendirian sang Nyonya pada kecintaan dan keyakinannya akan kesembuhan Toni, bahkan sang suaminnya sendiri (sang Tuan) mati langkah bila dihadapkan pada persoalan tersebut.

       Ironisnya sang Tuan yang terlihat begitu peduli pada keadaan Toni, padahal ia sebenarnya kurang mempedulikan keadaan anjing kesayangan sang Nyonya. Akibatnya konflikpun berlanjut, bahkan cek-cok diantara mereka tidak dapat dihindari. “Apa yang terjadi denganmu, kamu sepertinya sudah berubah sekarang, kamu terlihat menyeramkan?” bentak sang Nyonya pada Suaminya. Hingga sang Tuan terdiam dan berkilah akan perubahan yang terjadi pada sikapnya selama ini.

         Apa yang mereka perdebatan berakhir teragis dengan matinya Toni sang anjing yang membuat Nyonya dan Tuan begitu bersedih dan terpukul. “ini bagaikan petir disiang hari” begitu yang mereka utarakan. Hingga sang Nyonya pun meminta pada suaminya untuk mengabarkan kesedihan yang mereka alami pada semua orang, bahkan meminta harus mengadakan jumpa Pers. Sebuah pidato khusus pun dipersiapkan oleh sang Tuan demi memenuhi permintaan istrinya tersebut. Orang-orang dan wartawan hadir untuk mengucapkan bela sungkawa pada Nyonya dan Tuan yang telah kehilangan Toni anjing kesayangan.

        Semantara itu, disemua sela-sela waktu yang begitu sempit Otong dan Wilem dua orang pembatu yang setiap harinya setia pada sang Nyonya dan Tuan menyempatkan diri untuk menjalin cinta dibalik semua kesedihan dan kegelisah majikannya tersebut. Hingga jalinan kasih diantara keduanya tercipta dengan indah dan penuh guyonan. Otong yang padahal sudah beristri serta mempunyai seorang anak yang masih bayi dan sekarang tengah sakit keras lupa akan keadan yang dihadapi keluarganya. Hal itu dikarenakan kesetiannya pada sang majikan demi melaksanakan segala perintahnya. Suasana berubah kacau ketika seseorang mengabari bahwa putra si Otong telah meningagal serta dengan datangnya seorang gadis yang meminta dinikahi oleh Otong karena kini ia telah hamil muda.

      Ditengah kesedihan Nyonya dan Tuan juga orang-orang yang datang, Otong mengambil keputusan untuk menjadikan sang gadis sebagai istri ke duanya dan Wilem istri ketiga. Semua terheran akan tingkah laku Otong yang kini memilkiki tiga perempuan sebagai istrinya. Sementara itu, Nyonya tetap dirundupi duka akan kematian anjing kesayangannya Toni. Semua tidak bisa berbuat apa-apa, hingga tuhanlah yang memiliki kuasa untuk memberikan kita kelahiran, cinta dan kematian.

            Itulah beberapa penggal dari pertunjukan teater yang mengambil sebuah naskah dari karyanya Arifin C. Noer dengan judul “Kisah Cinta dll” yang dimaikan oleh Teater Awal UIN Sunan Gunung Djati Bandung, pada hari kamis dan jum’at (15 dan 16 Maret) di galeri UIN SGD Bandung. Penggarapan yang dimulai tiga bulan lalu ini juga akan dipentaskan di Pendopo Cicalengka pada Sabtu 24 Maret 2007. Pementasan teater ini merupakan garapan kesekian kalinya dari Teater Awal UIN Bandung, Namun ada yang berbeda pada pementasan kali ini, pementasan ini merupakan garapan pertama dari surtadara muda Abu Dzar Al-Gifari, serta studi panggung dari angkatan ke XIX yang merupakan angkatan termuda di Teater Awal.

         Naskah yang Teater Awal ambil merupakan naskah yang syarat dengan pesan moral akan kasih sayang dan jalinan cinta pada setiap mahluk. Dari setiap adegan dan dialognya memiliki pesan yang hendak penulis sampaikan pada publik. Ini sangat menarik sekali, Arifin C Noer mengambil ide cerita seorang Nyonya yang begitu cinta dan sayang pada Toni anjing kesayangannya. Tentunya ini sebagai pesan akan penebaran cinta pada setian mahluk. Apalagi jika kita meng-Inflikasikannya kepada manusia dan seluruh mahluk hidup yang ada di muka bumi.

       Segala yang telah tuhan gambarkan akan terjadi pada diri manusia. Semua mahluk tidak bisa memungkiri akan kekuatan tersebut. Kelahiran, Cinta dan Kematian semuanya telah tuhan gariskan dalam kehidupan manusia. Kita semua tinggal pesrah menerima kehendak tersebut, meskipun tetap segala upaya harus dijalankan sebagai syari’at agar manusia bisa berupaya. Itu pula pesan yang hendak “Kisah Cinta dll” ini sampaikan.

23.07   Posted by Danil Edan in
Read More
23.05   Posted by Danil Edan in
Read More
Air menjadi…
Tanah menjadi…
Angin menjadi…
Alam….????


Dua spot lampu atas pada sisi kanan kiri panggung bersinar redup, spot sisi kiri seorang perempuan menggeliat-geliat seperti sedang menari. Gundukan pasir yang menggunduk di depannya kemudian digenggamnya, lalu dibasuhkan ke muka, tangan, dan kaki seperti layaknya seseorang yang tengah melakukan tayamum. Perlahan dengan langkah lamban ia mendekat pada sisi spot sebelah kanan.
Spot pada sisi bagian kanan panggung, seorang laki-laki berkepala gundul setengah telanjang berdiri di dalam sebuah kelambu panjang berbentuk tabung yang membentang dari atas ke bawah. Lambat laun ia pun mulai mengexplorasi tubuhnya, menari memainkan lunglai tubuhnya di dalamnya. Si perempuan mendekati, lalu keduanya saling bersentuhan, mengexplorasi tubuh yang satu dengan tubuh yang lain, mengexplorasi ruang yang satu dengan ruang yang lain. Dan penulis sendiri berasumsi bahwa mereka sedang melakukan proses komunikasi tubuh di antara mereka (sex).
Demikian awal dari sebuah pertunjukan teater yang berjudul EGO, karya /sutradara Yayan ‘Katho’ Musiarso (27/08/08) yang dipentaskan di Galeri UIN Sunan Gunung Djati Bandung garapan Teater Awal yang akan berlanjut di UNSIKA Karawang dan TIM (Taman Ismail Marzuki) Jakarta. Mendengar kata ego, penulis membayangkan dalam pertunjukkan ini adalah sebuah pertunjukkan yang membicarakan tentang oposisi biner tentang sesuatu. Tetapi ternyata tidak! Ego dalam pertunjukkan garapan Teater Awal ini adalah sebuah komunikasi tubuh antara dua lawan jenis laki-laki dan perempuan bagaimana mereka untuk mencipta dan bagaimana untuk menjadi. Mengapa, bagaimana, dan untuk apa?
Freud seorang pelopor psikoanalisis mengatakan bahwa manusia memiliki insting yang sangat mendasar yaitu insting kehidupan (eros) dan insting kematian (thanatos). Insting kehidupan ini di bagi menjadi dua yaitu insting individual dan insting spesies. Insting individual ini adalah sebuah dorongan dari setiap individu bagaimana setiap individu tersebut melakukan sebuah proses pertahanan hidup. Sedangkan insting spesies adalah insting di mana setiap manusia harus menjaga keberlangsungan hidupa spesies mereka (re-generasi). Insting spesies ini merupakan upaya atau dorongan untuk melakukan aktivitas seksual yang bersifat reproduksi di mana kehidupan manusia itu sendiri tetap eksis.
Pada adegan awal dalam pertunjukkan ini, merupakan sebuah proses pemunculan dua karakter yang berbeda di mana pada adegan ini merujuk pada teori Freud tadi, bahwa manusia itu mempunyai insting spesies—melakukan proses komunikasi tubuh (dua lawan jenis berbeda) untuk melahirkan sesuatu (manusia-manusia yang lain).
Kemudian pada adegan selanjutnya, setelah melalui proses persetubuhan di antara keduanya, dari sisi wing kanan dan kiri muncul empat orang laki-laki gundul setengah telanjang dan empat orang perempuan bertopeng Semar berpakaian putih. Pada masing-masing bagian perut pakaian yang di kenakan keempat actor tersebut bergambar seorang bayi yang siap-siap mau dilahirkan. Hal ini mungkin untuk menunjukkan pada para penonton bahwa para perempuan-perempuan itu tengah hamil dan pada adegan ini pula memang keempat perempuan tersebut melakukan adegan di mana mereka sedang berusaha keras untuk melahirkan anak-anaknya. Ketegangan pun berlangsung dengan tata cahaya liar seperti kita tengah berada di dunia pub.
Proses kelahiran pun terjadi, sosok laki-laki muncul dari sebuah property panggung yang lebih menyerupai tulang iga manusia. Ia berlari ke sana ke mari, sesekali berjalan lamban sambil melihat bayangannya sendiri, bersosialisasi dengan ruang di sekitarnya. Seolah-olah sedang berusaha untuk mengenal siapa dirinya dan siapa di sekelilingnya.
Merujuk pada pemahaman penulis mengenai teorinya Freud, bahwa manusia itu tidak hanya memiliki apa yang disebut insting. Melainkan ada satu hal yang dinamai dengan ego. Proses komunikasi tubuh, kelahiran, sampai pengenalan terhadap sesuatu, pada bagian ini penulis berasumsi bahwa proses tersebut merupakan sebuah implementasi dari hasil kreasi dari apa yang disebut dengan ego. Ego sendiri kata Freud bukanlah ke-aku-an dalam mementingkan diri sendiri melainkan ego adalah mengacu kepada keberfungsian diri.
Keberfungsian ini yang nantinya mengacu kepada untuk apa manusia hidup dan bagaimana melaksanakan hidup. Ego dalam hal ini merupakan sebuah strategi psikologi yang dilakukan manusia untuk berhadapan dengan kenyataan dan mempertahankan cita-diri. Posisi ego haruslah sangat kuat karena dapat menjaga setiap individu untuk berada dalam keseimbangan hidup.
Terakhir, Ego adalah pembelajaran. Ego adalah diri. Ego adalah hasrat dan keinginan. Ego adalah hidup dan menghidupi. Ego adalah perjalanan untuk sampai pada ujung-Nya, perjalanan yang akan membuat kita bernama manusia atau perjalanan yang akan membuat kita bukan bernama manusia.
Selamat buat Teater Awal UIN SGD Bandung dalam pementasan ini…
21.10   Posted by Danil Edan in
Read More

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search