Unit Kegiatan Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Blogroll

  • Catatan Proses Kreatif SICK-LUS

    Memilih berkiprah di ranah teater harus benar-benar timbul dari hati yang jujur, ikhlas untuk terus berproses. Untuk terus dan terus menghidupkan bumi kita. Panggung kita. Pada garapan Sick-Lus ini, 85% dari para pemain merupakan benih-benih baru, mereka adalah anggota Teater Awal ke-27 yang bulan November 2014 kemarin dilantik menjadi anggota Teater Awal.
    Mereka seperti keajaiban yang hadir pada kegersangan tanah kami, rumah kami, mereka datang dengan memberi semangat dan berjuta-juta harapan.

  • Mau Dikemanakan Proses Kami?

    "Hasil tidak akan jauh berbeda dari proses, dan proses pun tidak akan mendustakan hasil". Itulah kalimat yang sering ditanamkan kepada insan-insan seni teater, begitu juga Teater Awal Bandung, salah satu unit kegiatan mahasiswa Universitas Islam Negeri Bandung. Tidak ada proses yang di lakukan dengan main-main, meski berteater sejatinya ialah bermain, tapi dalam tahapan yang lebih serius. Karena proses itu sendiri yang bisa menunjukan eksistensi kami, Teater Awal Bandung dengan karya-karya kami.

  • Teater Awal Bandung- Semangat Berkarya Tak Lekang oleh Fasilitas

    UIN Sunan Gunung Djati Bandung atau biasa di kenal sebagai UIN Bandung, saat ini sedang mengalami perbaikan pembangunan. Proses yang memakan waktu tersebut mengakibatkan banyaknya bangunan yang diruntuhkan dengan alasan akan dibangun yang lebih baru dan lebih megah. Tapi, semua hal didunia ini tak luput dari proses dan dalam proses menuju kesana tentu juga tidak luput dari pengorbanan. Salah satu bentuk pengorbanan adalah kurangnya bangunan yang seharusnya menjadi tempat beberapa kegiatan mehasiswa. Sehingga itu bisa menghambat kinerja mahasiswa.

Minggu, 08 Mei 2016


Namanya At. Dia teman sekelasku. Bersama tiga orang temannya yang hanya itu-itu saja, dia selalu mengisi bangku barisan belakang. Orangnya tidak bisa dikatakan pendiam. Karena ketika di kelas, terkadang dia suka menimpali dosen yang sedang memberi materi dengan candaan yang tidak bisa dibilang lucu, namun tidak garing juga. Perawakannya kurus, tinggi, sawo matang, dan yang paling menjadi khasnya adalah rambutnya yang tidak bisa dibilang gondrong, tapi menutupi mata seperti gorden. Wajahnya tirus, ada lesung pipit yang tidak bisa dibilang manis. Sepertinya dia juga pecandu berat rokok dan kopi. Iya, khas lelaki.

Namanya At. Untuk masalah kuliah dia selalu rajin mengisi presensi. Walaupun ketika dikelas dia hanya tidur. Dia tak pernah telat mengumpulkan tugas, walaupun tugasnya hanya asal kopas dari internet tanpa ada edit atau revisi ulang. Tapi yang mengejutkan, ternyata tulisan tangannya rapih.

Namanya At. Suaranya seperti campuran antara berat dan serak. Bersama tiga orang temannya yang tak pernah berganti-ganti itu dia sering bernyanyi lagu dangdut dengan diiringi musik dari telpon genggam merk cina yang sedang banyak muncul di televisi. Sepertinya dia pintar bermain gitar. Karena ketika bernyanyi itu, dia sering memeragakan seperti orang yang sedang memetik gitar.

Namanya At. Hanya At saja. Tidak ada nama kepanjangan dan bukan juga singkatan. Kata bapaknya, namanya itu memang hanya nama asal-asalan tanpa arti dan tanpa makna. Karena pada waktu At lahir, bapaknya sedang mengingat-ingat nama artis cantik di film yang sedang tenar waktu itu. Bapaknya hanya mampu mengingat nama artis itu sebatas At nya saja. Karena kesal belum mampu mengingat nama artis itu, jadilah At diberikan untuk nama sang anak lelakinya. Dan ketika At berumur enam tahun, bapaknya baru mengetahui nama artis cantik itu. Cintami Atmanegara katanya.

Namanya At. Dia anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya perempuan. Hanya berjarak satu tahun dengannya. Tapi dibanding adiknya, dia lebih sayang pada vespanya. Pernah katanya, dia meninggalkan adiknya ditengah jalan hanya karena kakinya menggores body vespanya. Agak keterlaluan memang. Tapi ya mungkin itu bukti kecintaannya pada motor jadul yang dimilikinya dari dia duduk dibangku sekolah menengah pertama. Katanya lagi, vespa itu didapatnya karena dia puasa satu bulan penuh, rajin tarawih dimasjid dan khatam mengaji qur’an selama bulan ramadhan. Menurutnya itulah pengorabanan hebat yang dia lakukan. Sehingga bapaknya mengahadiahinya motor vespa yang dibeli secara kredit dari teman bapaknya dikantor.

Namanya At. Dari aroma tubuhnya aku tahu dia jarang mandi sore. Sepertinya dia juga hobi begadang. Karena kalau kelas pagi, pasti dia tak pernah absen untuk tidur. Cara bicaranya cepat, dan masih kental dengan logat sunda. Dia juga rajin. Karena walaupun bajunya seperti hanya itu-itu saja, tapi aku melihat bekas garis setrikaan ditiap kaos atau kemeja yang digunakan untuk kekampus.

Namanya At. Katanya dia dulu anak yang nakal. Dan sekarang sedang mencoba menjadi anak baik. Katanya lagi, dulu rambutnya pernah benar-benar gondrong dan pernah punya band metal sewaktu SMA. walaupun begitu At sangat sayang pada ibunya. Pernah suatu hari dia mewakili kelas kami untuk bertanding bulu tangkis. Dia mewakili dalam cabang perorangan putra. At membawa satu tas berisi seperangkat raket dari rumahnya. tas itu berisi tiga raket. Satu dipakai oleh At. 

Dan yang dua lagi di pakai teman-temannya yang bermain dicabang ganda putra. Ketika salah satu temannya mengambil raket dari dalam tas At, temannya itu menemukan ciput atau dalamam kerudung perempuan di dalam tas itu. At langsung menyuruh temannya tadi untuk meletakkan  ciput itu kembali ke dalam tasnya. Katanya itu milik ibunya. Ternyata seperangkat tas raket itu semua milik ibunya. Dan dia diamanahkan untuk menjaga raket itu baik-baik. Dan ketika si ibu memintanya untuk memotong rambunya sedikit saja, At mematuhinya. Dia benar-benar pernah memotong rambutnya sampai seperti lelaki normal pada umunya walaupun setelah itu rambutnya dibiarkan panjang sampai menutup mata lagi.

Namanya At. Untuk soal cinta, sepertinya dia agak acuh untuk itu. Katanya, sewaktu SMA dia pernah punya seorang pacar. Gadis cantik berkerudung asal Palembang yang merantau ke Tasikmalaya untuk menuntut ilmu. Gadis itu satu SMA dengannya. Dari ceritanya dia sepertinya setia. Selama dua tahun sejak kelas dua SMA dia tak pernah sekalipun berpaling dari si gadis Palembang itu. Sampai akhirnya kelulusan yang memisahkan mereka. Si gadis Palembang itu harus pulang kembali ke rumahnya di Palembang dan meneruskan study disana. Tinggalah At yang merana putus cinta di Tasikmalaya dan membuatnya enggan bercinta. Ah, klasik sekali.

Namanya At. Dari sisi religius, dia orangnya cukup mengerti tentang hukum-hukum dalam islam. Haram, halal, sunnah, wajib, mubah, makruh dan sebagainya dia hapal diluar kepala. Dia  paham sekali tentang itu. Karena ternyata sewaktu SMA dia sekolah sambil nyantri di salah satu pesantren modern di Tasik. Walaupun nyantrinya nyantri gadungan karena punya band metal. Tapi ketika ada hafalan surat-surat pendek, dia denga percaya diri maju dan langsung hafal sampai batas surat Al A’la. Mungkin dalam praktiknya saja dia kurang. Buktinya saat adzan dhuhur dia masih asyik ngobrol kesana kesini dengan teman-teman yang bisa dibilang satu gengnya itu sampai ke adzan ashar.

Namanya At. Dan nama ku As. Tadinya kami tak saling kenal. Tapi karena teman sekelas kami saling tahu.  Aku seperti bisa mengetahui semua tentang At. Aku sendiri heran kenapa bisa begitu. Namaku dan namanya saling berurutan di presensi. As dan At. Mungkin karena sebab itu.

Namanya At. Dan namaku As. Kami teman biasa selayaknya teman sekelas. Ngobrol sepentingnya dan basa-basi sekenanya. Saling melempar senyum. Saling bertegur sapa. Hanya biasa. Yang lumrah-lumrah saja. Seperti pagi ini, kami tak sengaja naik angkutan umum yang sama menuju kampus. Sepertinya vespa antiknya sedang sakit. At menyapa aku terlebih dahulu, menanyakan tugas Fiqih yang harus dikumpul pagi ini. Hanya basa-basi sepertinya. Karena setelah itu kami sama-sama diam, berjalan beriringan sampai ke depan kelas.

Namanya At. Dan namaku As. Pernah juga waktu itu aku diboncenginya naik vespa kesayangannya. Waktu itu kami kuliah sampai sore hari. Aku sedang menunggu angkutan umum yang biasa lewat didepan kampus.  At berlalu melewatiku dengan vespanya. Tapi tak lama kemudian, dia menghampiriku dan menawariku tumpangan. Karena memang hari sudah mulai gelap akupun naik. Selama perjalanan kami tidak banyak bicara. Hanya terdengar suara vespanya yang terbatuk-batuk seperti agak keberatan untuk menaiki tanjakan kearah rumahku. Dengan nada bercanda yang tidak lucu At berkata bahwa suara itu tanda kalau vespanya mau take off untuk terbang dan menyuruhku untuk berpegangan padanya. Aduh, gombal sekali..

Namanya At. Dan namaku As. Ternyata kami mempunyai hobi sama. Yaitu mendengarkan lagu-lagu lama dari bang Iwan Fals. Tadinya aku kira selera musiknya hanya sampai pada dangdut-dangdut bang haji saja. Dari situ kami berdua sering berduet maut menyanyikan lagu-laga balada bang Iwan.

Namanya At. Dan namaku As. Awalnya entah darimana, kami saling sering bertukar pesan singkat. Tiada hari terlewat tanpa pesan singkat dari At di telepon genggamku. Kami membahas hal-hal kecil yang tidak lucu. Membahas dosen yang sering memberi tugas-tugas terkutuk yang membuat kutu-kutu dirambut berlarian keluar karena kulit kepala kami yang panas ngebul. Membicarakan keadaan rumah masing-masing. Pernah suatu hari dia bercerita tentang kegiatannya dirumah yang hanya diisi dengan tidur, makan, berselancar di dunia maya dan memandikani vespanya. Dia mengaku kalau dirumah jarang bergaul dengan teman-teman sebaya dilingkungannya. Karena kebanyakan teman-teman dirumahnya anak-anak nakal. Dan itu membuat dia takut terpengaruh hal negativ dari teman-temannya. Dan aku balik menceritakan kegiatan dirumahku yang hanya monoton itu-itu saja yaitu lebih banyak membantu pekerjaan ayahku.

Namanya At. Dan namaku As. Intensitas bertukar pesan singakat kami semakin sering. Bisa dibilang semakin intim. Kami membicarakan banyak hal terutama menceritakan diri masing-masing. Tapi anehnya, ketika kami bertemu langsung dikelas kami saling diam. Saling tidak berani memandang. Saling acuh seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Beberapa kali aku mencoba membahas hal ini di dalam obrolan kami lewat baris-baris kata. Tapi dia berhasil mengelak dan mengalihkan pembicaraan. Sehingga aku tak bisa lagi bertanya tentang ini tiu yang mengganggu pikiranku dan mengikuti alur pembicaraannya.

Namanya At. Dan namaku As. Bagi orang-orang kami teman biasa. hanya teman sekelas biasa. teman sekelas yang hanya sekedarnya saja. Teman sekelas yang tidak masuk hitungan teman satu gengnya yang hanya bertiga itu saja. Tapi di balik itu, dia adalah At-ku. Dan aku adalah As-nya. Kami lelaki yang saling mengerti keluh satu sama lain. Saling memahami kesusahan satu dan yang lain. Kami tidak nampak, tapi kami saling memiliki. Kami seperti punya janji untuk saling berpeluk dalam kata ditiap malamnya. Kami simpan rapih semuanya dan tak kami hiaraukan ujungnya. At dan As, aduh perih....



Cibiru, 11 Desember 2013
Ayu Desel
02.59   Posted by Unknown with No comments
Read More

Selasa, 19 April 2016

Oleh:
Ryan Nurul Fajar
Ryan Nurul Fajar, Ketum Teater Awal Bandung periode 2015-2016
"Hasil tidak akan jauh berbeda dari proses, dan proses pun tidak akan mendustakan hasil". Itulah kalimat yang sering ditanamkan kepada insan-insan seni teater, begitu juga Teater Awal Bandung, salah satu unit kegiatan mahasiswa Universitas Islam Negeri Bandung. Tidak ada proses yang di lakukan dengan main-main, meski berteater sejatinya ialah bermain, tapi dalam tahapan yang lebih serius. Karena proses itu sendiri yang bisa menunjukan eksistensi kami, Teater Awal Bandung dengan karya-karya kami.

Di sisi lain Teater Awal Bandung yang sedang melakukan dua proses garapan sekaligus, yaitu pementasan studi panggung angkatan XXVIII naskah “Madegel” karya Saini K. M dan, pementasan untuk Festival Drama Bahasa Sunda ke-17 naskah “Manusa Jero Botol” karya Yusef Muldiyana tersebut, terhambat oleh sarana tempat latihan yang kurang memadai.

Saat ini tempat latihan yang tersedia di kampus hanya dua saja, yaitu di aula student center lantai 4 dan meeting room student center lantai 1. Tentunya aula student center lantai 4 tidak digunakan oleh Teater Awal Bandung saja, kami harus berbagi tempat dengan UKM lainnya yang juga menggunakan aula tersebut untuk berlatih. Sedangkan meeting room hanya bisa digunakan jika tak ada mahasiswa yang mengadakan acara. 

Tak jarang kami mengalah untuk berlatih di gazebo (belakang fakultas dakwah, tarbiyah dan syariah) yang berada di luar ruangan. Militansi berkarya kami bercampur dengan udara malam yang dingin tajam dan rintik hujan.

Dengan menggarap dua naskah dalam satu waktu ini, kami membutuhkan dua tempat untuk latihan agar bisa menciptakan suasana latihan yang terfokus dan efisien. Kami pun harus pintar-pintar memutar otak untuk menyelesaikan permasalahan tempat latihan ini, agar kedua proses garapan tersebut tidak terganggu oleh kendala sarana tempat kedepannya.

Setelah melakukan audiensi lanjutan dengan rektor UIN bandung, akhirnya kami diberi izin untuk menggunakan salah satu gedung yang belum difungsikan sebagai tempat berproses kami hingga 30 April nanti.  Itu pun dengan lahan yang seadanya dan berdesak-desakkan antara aktor, pemusik, setting dan sutradara yang memantau adegan.

Walaupun fasilitas yang tersedia tidak memadai untuk kebutuhan proses kami, tetapi menghargai proses berteater yang suci lebih penting daripada mengeluhkan permasalahan fasilitas yang tak kunjung usai. Kami hanya berharap kejujuran dari perhatian dan dukungan kalian (pejabat kampus) kepada kami yang telah menagih hak kami sebagai mahasiswa dengan cara yang manusiawi. Karena karya-karya kami tidak bergantung pada fasilitas 'wah' dan mewah.

Kedua naskah yang kami garap tersebut telah berhasil dipentaskan dan sekali lagi menunjukkan bahwa Teater Awal Bandung masih ada, tetap ada dan tak akan mati hanya karena sistem yang sampai hari ini belum bisa kami pahami!


SALAM JIWA!!!




23.41   Posted by Unknown with 1 comment
Read More

Senin, 18 April 2016



















07.35   Posted by Unknown in with No comments
Read More

Sabtu, 16 April 2016



Dalam naskah kecilku
ku torehkan sehelai angan
ku gariskan sebagai titik tujuan
meski terslimuti dengan keterbatasan
kaki akan tetap ku langkahkan
tangan akan tetap ku gerakan
dan hati akan tetap ku pusatkan
meski cacian,makian dan hinaan berdatangan
akan ku tunjukan
akan ku buktikan
dan akan ku perlihatkan
aku bahagia meski hanya sehelai angan bagimu
Kelingking jari tak pernah lelah untuk menunggu
Sebagai saksi pembuktian ucapanku
Meskipun ku hanya sehelai angan
Akan ku berikan semua darah kasih sayangku untukmu


 Gubahan: Ilyas Mate
07.44   Posted by Unknown with No comments
Read More

Minggu, 07 Februari 2016

Salam Jiwa!


Mohon maaf, beberapa hari terakhir ini kami sedang memperbaiki portal informasi kami. Kami sedang berupaya untuk membuat tampilan blog yang lebih baik, supaya layout bisa mendukung konten informasi yang nantinya akan lebih memuat tentang ulasan yang berhubungan dengan keteateran. tentunya akan lebih banyak informasi yang akan kami sajikan seiring dengan selesainya masa perbaikan

Kawan-kawan masih bisa mengakses beberapa postingan lama. Namun, beberapa link (tautan) pencarian naskah telah kami hapus. Bagi kawan-kawan yang menginginkan informasi tentang naskah, atau informasi mengenai apapun tentang keteateran seputar Bandung dan Sekitarnya. Bisa meninggalkan pesan dalam kolom komentar atau mengirim email ke : teaterawalbdg@yahoo.com

Akhir kata, Semoga senyum tuhan selalu menyertai aktifitas kita selaku khalifah di muka bumi ini, hingga nafas tersenyum berpapasan tuhan. 
Salam Jiwa!
06.44   Posted by Jamaluddin Husein with No comments
Read More

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search