Unit Kegiatan Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Blogroll

Sabtu, 21 April 2012

       Ekspresi Jiwa Merupakan Luapan setiap Insan Seni Teater. Hal itu tidak terlepas dari keberadaan Teater Kampus atau Teater Non-kampus (indipenden). Lalu kemanakah kini keberadaan teater kampus yang pernah membuming beberapa tahun kebelakang di Bandung . Hal tersebut dibedah paska pementasan “Kisah Cinta dll” di galeri Teater Awal UIN SGD Bandung, disamping evaluasi dari pementasan. Hadir juga disana kang Yosep dari “Teater Laskar Panggung” dan beberapa orang dari “Teater Tema” serta berbagai insan yang memang peduli terhadap perkembangan teater di tanah air.

          Permasalahanya memang sangat komplek. Mulai dari sulitnya mencari sponsor untuk sebuah garapan sampai masih adanya anggapan kurang keprofesionalan teater kampus itu sendiri. Padahal lepas dari itu semua, seharunya tidak ada dikotomi dan pengkotakan tentang keberadaan teater kampus atau non-kampus. Karena pada dasarnya semua komunitas teater sama yakni untuk berproses. Hanya saja permasalahnya mungkin terletak pada pandangan teater kampus masih selalu dibenturkan dengan kegiatan kuliah dan jadwal latihan. Berbeda dengan komunitas teater non-kampus (independen) yang dinilai lebih terfokus untuk waktu sebuah garapan.

         Keberadaan teater kampus bagaikan tidak tersorot perhatian. Kemunculannya kadang dikucilkan, hal itu pula yang sulit untuk dihilangkan dari pandangan sebagian masyarakat kita. Maka kadang tidak heran jika hal ini membuat sulit komunitas tearter kampus di Indonesia untuk muncul. Kondisi seperti ini disadari oleh Teater Awal, namun tidak menjadikan mereka patah arah. Proses adalah bagian yang tetap harus dijalani meskipun hal itu sangat sulit untuk dilakukan. Kini pamor teater kampus diambang kepunahan, begitu kiranya yang di ungkapkan Yosep Laskar Panggung.

        Menyikapi hal tersebut, maka perlu adanya suatu pemulihan terhadap kondisi seperti ini. Jangan sampai teater kampus dianggap jago kandang, yang hanya bisa main di rumahnya sendiri. Bahkan jangan sampai pamornya menjadi mundur. Jika Teater Awal seperti diatas tadi saja mampu untuk terus berproses di tengah kuatnya himpitan dunia globalisasi, mengapa bagi komunitas teater lain tidak menjadi sebuah motifasi untuk tetap eksis dan berproses.

Persaingan Panggung Teater

        Mungkin disadari atau tidak, persaingan di dunia teater itupun terjadi. Dunia panggung kadang dijadikan eksploitasi untuk sekedar mencari keuntungan belaka bagi sebagian pihak tertentu. Misalnya bagi sponsor yang bersedia untuk memblow-up seluruh kebutuhan produksi pementasan. Namun hal ini tentunya harus menjadi sebuah timbal balik bagi pihak tersebut. Otomatis bagi komunitas teater seperti ini tidak akan mengalami kesulitan biaya produksi dan pementasan pun bisa berjalan dengan lancar. Namun bagai mana dengan nasib komunitas teater kampus yang tidak bisa mendapatkan sponsor untuk pementasannya.

         Kesulitan seperti mendapatkan sponsor untuk sebuah pementasan bagi teater kampus merupakan salah satu yang menjadi sebab sulitnya untuk muncul kepermukaan. Hal ini tentunya akan mematikan semangat berproses secara perlahan-lahan. Bagi sebagian komunitas hal ini tentunya akan diminimalisir dengan merogok dari saku pribadi. Namun perlahan-lahan solusi seperti inipun akan mengalami kemandetan.

           Tetapi kesulitan untuk memperoleh penyelesaian biaya produksi sebuah pementasan jangan dijadikan sebagai alasan untuk matinya sebuah kreatifitas. Meskipun mengalami kemandetan diwilayah ini tetapi kreatifitas harus tetap berjalan. Jika kemunduran sebuah pementasan karena tidak mendapatkan solusi untuk sebuah produksi pementasan, maka hal inipun sangat naïf juga. Sebagai jawaban, pementasan Tetaer Awal pun masih selalu merogok koceknya sendiri untuk sebuah pementas, bahkan untuk pementasan keliling.
06.04   Posted by Jamaluddin Husein in with No comments

0 komentar:

Posting Komentar

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search